twitter



DOA YANG DIAJARKAN NABI KEPADA SAYYIDAH FATHIMAH

Ya hayyu ya qayyuum, bika astaghiitsu fa ashlih lii sya’nii kullahu walaa taklinii ila nafsii tharfata ‘ayn

“Wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Senantiasa Mengurus hamba-Nya, kepada-Mu aku memohon perlindungan. Maka perbaikilah semua urusan dan janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri sekejap mata pun.”


DOA MEMOHON AKHLAQ MULIA DAN
PERBUATAN YANG DIRIDHAI

Allaahumma bi’ilmikal-ghaybi wa qudratika ‘alal-khalq, ahyinii maa ‘alimtal-hayaata khayran lii wa tawaffanii idzaa kaanatil-wafaatu khayran lii. Allaahumma innii as-aluka kalimatal-ikhlaashi wa khasyyataka fir-ridha wal-ghadhab, wal-qashda fil-ghina wal-faqr. Wa as-aluka na’iiman laa yanfad, wa as-aluka qurrata ‘aynin laa tanqathii, wa as-alukar-mawti, wa as-alukan-nazhara ilaa wajhika wasy-syawqi ilaa liqaa-ika min ghayri dharraa-in mudhirratin walaa fitnatin muzhlimah. Allaahumma zayyinnaa biziinatil-iimaan waj’alnaa hudaatan mahdiyyin, ya rabbal-‘aalamiin.

“Ya Allah, dengan ilmu-Mu atas segala yang ghaib dan kekuasaan-Mu atas segala makhluk, hidupkanlah aku jika menurut pengetahuan-Mu kehidupan itu lebih baik bagiku, dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kalimat ikhlas, rasa takut kepada-Mu dalam keadaan suka dan marah, dan kesederhanaan ketika kaya dan miskin. Aku memohon kepada-Mu kenikmatan yang tidak pernah habis, aku mohon kepada-Mu kebahagiaan yang idak pernah terhenti, aku mohon kepada-Mu keridhaan untuk menerima ketentuan, aku mohon kepada-Mu kesejukan kehidupan setelah kematian, aku memohon kepada-Mu untuk dapat memandang wajah-Mu, merindukan pertemuan dengan-Mu tanpa derita yang menyengsarakan dan tanpa cobaan yang menggelapkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman Jadikanlah kami pemberi petunjuk dan diberi petunjuk, wahai Tuhan Pemelihara Alam Semesta.”

 
DOA AGAR DITUNAIKAN HAJAT

Yaa rabbal-awwaliina wal-aakhiriin, wa yaa khayral awwaliin wal-aakhiriin, yaa dzal-quwwatil-matiin, yaa raahimal-masaakiin, wa yaa arhamar-raahimiin.

“Wahai Tuhan mereka yang awal dan yang akhir, wahai sebaik-baik Yang Awal dan Yang Akhir, wahai Dzat Yang Memiliki Kekuatan Yang Kokoh, wahai Dzat Yang Mengasihi orang-orang miskin, wahai Yang Paling Penyayang di antara Yang Penyayang.”


Yaa awwalal-awwaliina way a aakhiral-aakhiriin, wa yaa zal-quwwatil-matiin, wa yaa arhamar-raahimiin, aghninaa waqdhi haajatanaa.
“Wahai Yang Awal di antara yang awal dan Yang Akhir di antara yang akhir, wahai Dzat Yang Memiliki Kekuatan Yang Kokoh, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang, kayakanlah kami dan penuhilah kebutuhan kami.


Alhamdulillaahil-ladzii laa yansaa man dzakarahu walaa yukhayyibu man da’aahu walaa yaqtha’u raja- a man rajaahu
“Segala puji bagi Allah, Yang Tidak Lupa Kepada Yang Berdzikir kepada-Nya (yang mengingat-Nya), tidak mengecewakan yang berdoa kepada-Nya, dan tidak memutuskan harapan orang yang berharap kepada-Nya.”


DOA UNTUK SEGALA KEPERLUAN

Bismillaahir-rahmaanirrahiim. Allaahumma shalli ‘ala Sayyidinaa Muhammad wa ‘aali Sayyidinaa Muhammad. Allaahumma innii as-aluka bihaqqi kullismin huwa laka yahiqqu ‘alayka fiihi ijaabatud-du’aa-i idzaa du’iita bihi, wa as-aluka bihaqqi kulli dzii haqqin ‘alayka, wa as-aluka bihaqqika ‘ala jamii’i ma huwa duunaka an taf’ala… (sebut permohonan Anda)


“ Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas junjungan kami, Nabi Muhammad, dan keluarga junjungan kami, Nabi Muhammad. Ya Allah, aku bermohon kepada-Mu dengan hak setiap nama yang Kau miliki, yang memastikan-Mu untuk mengabulkan doa ketika dengan nama itu Engkau diseru. Aku bermohon kepada-Mu dengan kedudukan segala yang mempunyai hak di sisi-Mu. Aku bermohon kepada-Mu dengan hak-Mu di atas semua itu selain Engkau, agar Engkau lakukan kepadaku… (begini dan begini, sebut permohonan Anda).”


Wallahu’alam…


   1.  Menutup Aurat

Wanita terbaik itu menutup auratnya. Aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan, menurut pendapat terkuat di antara pendapat paraulama.
Allah Ta’ala berfirman,

 يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mendekatkan jilbabnya  ke seluruh tubuh mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab: 59).
Jilbab bukanlah penutup wajah, namun jilbab adalah kain yang dipakai oleh wanita setelah memakai khimar. Sedangkan khimar adalah penutup kepala.
Allah Ta’ala juga berfirman,

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur: 31).

   2.  Berbusana dengan Memenuhi Syarat Pakaian yang Syar’i

Wanita yang menjadi idaman sepatutnya memenuhi beberapa kriteria berbusana berikut ini yang kami sarikan dari berbagai dalil Al Qur’an dan As Sunnah.
Syarat pertama: Menutupi seluruh tubuh (termasuk kaki) kecuali wajah dan telapak tangan.
Syarat kedua: Bukan memakai pakaian untuk berhias diri.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu ber-tabarruj seperti orang-orang jahiliyyah pertama.” (QS. Al Ahzab : 33).
Abu ‘Ubaidah mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan kecantikan dirinya.” Az Zujaj mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan perhiasaan dan setiap hal yang dapat mendorong syahwat (godaan) bagi kaum pria.”
Syarat ketiga: Longgar, tidak ketat dan tidak tipis sehingga tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh.
Syarat keempat:  Tidak diberi wewangian atau parfum. Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Syarat kelima: Tidak menyerupai pakaian pria atau pakaian non muslim.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,

لَعَنَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ ، وَالْمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ

Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria.” (HR. Bukhari no. 6834)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”.(HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)
Inilah di antara beberapa syarat pakaian wanita yang harus dipenuhi. Inilah wanita yang pantas dijadikan kriteria.

   3.  Betah Tinggal di Rumah

Di antara yang diteladankan oleh para wanita salaf yang shalihah adalah betah berada di rumah dan bersungguh-sungguh menghindari laki-laki serta tidak keluar rumah kecuali ada kebutuhan yang mendesak. Hal ini dengan tujuan untuk menyelamatkan masyarakat dari godaan wanita yang merupakan godaan terbesar bagi laki-laki.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).
Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Hendaklah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian keluar rumah kecuali karena ada kebutuhan”.
Disebutkan bahwa ada orang yang bertanya kepada Saudah -istri Rasulullah-, “Mengapa engkau tidak berhaji dan berumrah sebagaimana yang dilakukan oleh saudari-saudarimu (yaitu para istri Nabi yang lain, pent)?” Jawaban beliau, “Aku sudah pernah berhaji dan berumrah, sedangkan Allah memerintahkan aku untuk tinggal di dalam rumah”. Perawi mengatakan, “Demi Allah, beliau tidak pernah keluar dari pintu rumahnya kecuali ketika jenazahnya dikeluarkan untuk dimakamkan”. Sungguh moga Allah ridha kepadanya.

Ibnul ‘Arabi bercerita, “Aku sudah pernah memasuki lebih dari seribu perkampungan namun aku tidak menjumpai perempuan yang lebih terhormat dan terjaga melebihi perempuan di daerah Napolis, Palestina, tempat Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api. Selama aku tinggal di sana aku tidak pernah melihat perempuan di jalan saat siang hari kecuali pada hari Jumat. Pada hari itu para perempuan pergi ke masjid untuk ikut shalat Jumat sampai masjid penuh dengan para perempuan. Begitu shalat Jumat berakhir mereka segera pulang ke rumah mereka masing-masing dan aku tidak melihat satupun perempuan hingga hari Jumat berikutnya”.
Dari Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ فَتَقُولُ: مَا رَآنِي أَحَدٌ إِلا أَعْجَبْتُهُ، وَأَقْرَبُ مَا تَكُونُ إِلَى اللَّهِ إِذَا كَانَتْ فِي قَعْرِ بَيْتِهَا”

Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”. (HR Ibnu Khuzaimah no. 1685. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak halal bagi seorang istri keluar dari rumah kecuali dengan izin suaminya.” Beliau juga berkata, “Bila si istri keluar rumah suami tanpa izinnya berarti ia telah berbuat nusyuz (pembangkangan), bermaksiat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta pantas mendapatkan siksa.” (Majmu’ Al-Fatawa, 32: 281)

4.  Memiliki Sifat Malu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ

Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37, dari ‘Imron bin Hushain.)
Kriteria ini juga semestinya ada pada setiap wanita. Contohnya adalah ketika bergaul dengan pria. Wanita yang baik seharusnya memiliki sifat malu yang sangat. Cobalah perhatikan contoh yang bagus dari wanita di zaman Nabi Musa ‘alaihis salam. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23) فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ (24)

Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”. Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.” (QS. Qashash: 23-24). Lihatlah bagaimana bagusnya sifat kedua wanita ini, mereka malu berdesak-desakan dengan kaum lelaki untuk meminumkan ternaknya. Namun coba bayangkan dengan wanita di zaman sekarang ini!
Tidak cukup sampai di situ kebagusan akhlaq kedua wanita tersebut. Lihatlah bagaimana sifat mereka tatkala datang untuk memanggil Musa ‘alaihis salaam; Allah melanjutkan firman-Nya,

فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا

“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, ‘Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.‘” (QS. Al Qashash : 25)
Ayat yang mulia ini,menjelaskan bagaimana seharusnya kaum wanita berakhlaq dan bersifat malu. Allah menyifati gadis wanita yang mulia ini dengan cara jalannya yang penuh dengan rasa malu dan terhormat.
Amirul Mukminin Umar bin Khoththob rodiyallohu ‘anhu mengatakan, “Gadis itu menemui Musa ‘alaihis salaam dengan pakaian yang tertutup rapat, menutupi wajahnya.” Sanad riwayat ini shahih.

5.  Taat dan Menyenangkan Hati Suami

Istri yang taat pada suami, senang dipandang dan tidak membangkang yang membuat suami benci, itulah sebaik-baik wanita. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Begitu pula tempat seorang wanita di surga ataukah di neraka dilihat dari sikapnya terhadap suaminya, apakah ia taat ataukah durhaka.
Al Hushoin bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,

أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا آلُوْهُ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ. قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ

“Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)

6.  Menjaga Kehormatan, Anak dan Harta Suami

Allah Ta’ala berfirman,
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada” (QS. An Nisa’: 34).
Ath Thobari mengatakan dalam kitab tafsirnya (6: 692), “Wanita tersebut menjaga dirinya ketika tidak ada suaminya, juga ia menjaga kemaluan dan harta suami. Di samping itu, ia wajib menjaga hak Allah dan hak selain itu.”

7. Bersyukur dengan Pemberian Suami

Seorang istri harus pandai-pandai berterima kasih kepada suaminya atas semua yang telah diberikan suaminya kepadanya. Bila tidak, si istri akan berhadapan dengan ancaman neraka Allah Ta’ala.
Seselesainya dari shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau ketika shalat,

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَََحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907). Lihatlah bagaimana kekufuran si wanita cuma karena melihat kekurangan suami sekali saja, padahal banyak kebaikan lainnya yang diberi. Hujan setahun seakan-akan terhapus dengan kemarau sehari.

8. Berdandan dan Berhias Diri Hanya Spesial untuk Suami

Sebagian istri saat ini di hadapan suami bergaya seperti tentara, berbau arang (alias: dapur) dan jarang mau berhias diri. Namun ketika keluar rumah, ia keluar bagai bidadari. Ini sungguh terbalik. Seharusnya di dalam rumah, ia berusaha menyenangkan suami. Demikianlah yang dinamakan sebaik-baik wanita.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ


Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)




Aisyah ra pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW : “hak siapakah yang paling utama atas wanita? beliau bersabda : (hak) suaminya. Aku bertanya : dan atas laki-laki? beliau bersabda : ibunya.“ (HR Ahmad dan An-Nasai)
Pada masa Rasulullah ada seorang pemuda yang bernama Al-Qomah, ia sangat rajin beribadah. Suatu hari ia tiba-tiba jatuh sakit keras dan dalam kondisi sakaratul maut, maka isterinya menyuruh orang memanggil Rasulullah dan mengabarkan tentang hal tersebut.
Ketika berita ini sampai kepada Rasulullah, maka Rasulullah menyuruh Bilal r.a, Ali r.a, Salamam r.a dan Ammar r.a supaya pergi melihat keadaan Al-Qomah. Ketika mereka sampai ke rumah Al-Qomah, mereka membantu Al-Qomah untuk membacakan kalimah La-ilaa-ha-illallah, tetapi lidah Al-Qomah tidak mampu mengucapkannya.
Melihat kejadian ini, para sahabat meminta Bilal r.a untuk memberitahu Rasulullah. Sesampai dirumah Rasulullah, Bilal menceritakan kondisi Al-Qomah. Lalu Rasulullah bertanya kepada Bilal;
“Wahai Bilal apakah ayah Al-Qomah masih hidup?”  jawab Bilal r.a, ” Tidak, ayahnya sudah meninggal, tetapi ibunya masih hidup dan sangat tua usianya”. Kemudian Rasulullah SAW, berkata kepada Bilal; “Pergilah kamu kepada ibunya dan sampaikan salamku, dan katakan kepadanya kalau dia dapat berjalan, suruh dia datang menemuiku, kalau dia tidak dapat berjalan katakan aku akan kerumahnya”.

Ketika Bilal sampai di rumah ibu Al-Qomah, ia berkata seperti yang telah disampaikan Rasulullah kepadanya, maka ibu Al-Qomah berkata; “Aku lebih patut pergi berjumpa Rasulullah”. Lalu ibu Al-Qomah mengangkat tongkat dan terus berjalan menuju ke rumah Rasulullah. Bertanya Nabi Muhammad SAW. kepada ibu Al-Qomah; “Terangkan kepada ku perkara yang sebenarnya tentang Al-Qomah, jika kamu berdusta niscaya akan turun wahyu kepadaku”. Berkata Nabi lagi; “Bagaimana keadaan Al-Qomah?”, jawab ibunya; “Ia sangat rajin beribadah, ia sholat, berpuasa dan sangat suka bersedekah sebanyak-banyaknya sehingga tidak diketahui banyaknya”. Bertanya Rasulullah; “Bagaimana hubungan kamu dengan dia?”, jawab ibunya; ” Aku murka kepadanya”, lalu Rasulullah bertanya; “Mengapa”, jawab ibunya; “Kerana ia mengutamakan istrinya dari aku, dan menurut kata-kata isterinya sehingga ia menentangku”.
Maka Rasulullah berkata; “Murka kamu itulah yang telah mengunci lidahnya dari mengucap La iilaa ha illallah”, kemudian Nabi Muhammad SAW menyuruh Bilal mencari kayu api untuk membakar Al-Qomah. Ketika ibu Al-Qomah mendengar perintah Rasulullah lalu ia bertanya; “Wahai Rasulullah, engkau hendak membakar putera ku didepan mataku?, bagaimana hatiku dapat menerimanya”. Kemudian Nabi Muhammad SAW berkata; “Wahai ibu Al-Qomah, siksa Allah itu lebih berat dan kekal, oleh itu jika kamu mahu Allah mengampunkan dosa anakmu itu, maka hendaklah kamu mengampuninya”, demi Allah yang jiwaku ditangannya, tidak ada guna sholatnya, sedekahnya, selagi kamu murka kepadanya”. Maka ibu Al-Qomah berkata sambil mengangkat kedua tangannya; “Ya Rasulullah, aku persaksikan kepada Allah dilangit dan kau Ya Rasulullah dan mereka-mereka yang hadir disini bahwa aku ridha pada anakku Al-Qomah”.
Maka Rasulullah mengarahkan Bilal pergi melihat Al-Qomah sambil berkata; “Pergilah kamu wahai Bilal, lihat apakah Al-Qomah dapat mengucapkan La iilaa ha illallah atau tidak”. Rasulullah berkata lagi kepada Bilal ; “Aku kuatir kalau kalau ibu Al-Qomah mengucapkan itu semata-mata kerana pada aku dan bukan dari hatinya”. Maka ketika Bilal sampai di rumah Al-Qomah tiba-tiba terdengar suara Al-Qomah menyebut; “La iilaa ha illallah”. Lalu Bilal masuk sambil berkata; “Wahai semua orang yang berada disini, ketahuilah sesungguhnya murka ibunya telah menghalangi Al-Qomah dari mengucapkan kalimah La iila ha illallah, kerana ridha ibunyalah maka Al-Qomah dapat menyebut kalimah syahadat”. Maka matilah Al-Qomah setelah dia mampu mengucap kalimah tersebut.


Maka Rasulullah Muhammad SAW pun sampai di rumah Al-Qomah sambil berkata; “Segeralah mandi dan kafankan”, lalu Nabi Muhammad SAW mensholatkannya dan sesudah jenazah al-Qomah dikuburkan, Nabi Muhammad SAW sambil berdiri dekat kubur berkata; “Hai sahabat Muhajirin dan Anshar, barang siapa yang mengutamakan isterinya daripada ibunya maka ia adalah orang yang dilaknat oleh Allah SWT, dan tidak diterima daripadanya ibadat fardhu dan sunatnya.








Untukmu wahai saudariku wanita muslimah, ingatl ah baik baik akan pesan ini:

1. Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita (isteri) yang solehah. (Riwayat Muslim).

2. Apabila perempuan yang memakai wewangian (Parfum) kemudian ia keluar berjalan diantara kaum lelaki, agar mereka mencium bau harumnya maka ia adalah perempuan zina, dan tiap-tiap matayang memandang itu adalah zina. (Riwayat Ahmad, Thabarani dan Hakim)

3. Dinikahi wanita itu karana empat perkara: karana hartanya, karana keturunannya, karana kecantikannya dan kerana agamanya, maka carilah yang kuat beragama niscaya kamu beruntung.

4. Wanita apabila ia sholat lima waktu, puasa sebulan Ramadhan, memelihara kehormatan serta taat pada suami, maka masuklah ia dari pintu syurga yang ia kehendaki. (Riwayat dari Ahmad Ibnu Hibban, Thabarani,Anas bin Malik).

5. Perempuan yang berpakaian dalam dan berhias bukan untuk suaminya dan muhrimnya adalahseumpama kegelapan di hari kiamat, tidak ada cahaya baginya. (Riwayat Tarmizi)

6. Apabila lari seorang wanita dari rumah suaminya, tidak diterima Sholatnya, sehingga ia kembali dan menghulurkan tangan kepada suaminya (meminta maaf). (Riwayat dari Hassan).

7. Wanita yang taat pada suami, semua burung-burung di udara, ikan diair, malaikat di langit, matahari dan bulan semuanya beristigfar baginya selama ia masih taat pada suaminya dan diredainya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).

8. Dari Muaz bin Jabal bersabda Rasululllah SAW: Apabila wanita yang berdiri di atas kakinya membakar roti (Memasak) untuk suaminya hingga muka dan tangannya kepanasan oleh api, maka diharamkan muka dan tangannya dari bakaran api neraka.

9. Tiap-tiap wanita yang menolong suaminya di dalamurusan agama, maka Allah memasukkanya dalam syurga lebihdahulu dari suaminya (sepuluh ribu tahun) kerana dia memuliakan suaminya di dunia maka mendapat pakaian dan bau-bauan syurgauntuk turun ke mahligai suaminyadan mengadapnya.

10. Ya Fatimah, jika seorang wanita meminyakkan rambut suaminya dan janggutnya dan memotong kumisnya dan mengerat kukunya, diberi minum oleh Allah dari air sungai syurga, diiringi Allah baginya sakaratul maut dan akan didapati kuburnya menjadi sebuah taman daritaman-taman
 syurga serta dicatatkan Allah baginya terbebas dari neraka dan selamatlah ia melintasi titian Siratul-mustaqi m.

11. Wanita yang berkata kepada suaminya “tidak pernah aku dapat dari engkau satu kebajikan pun”. Maka Allah akan hapuskan amalannya selama70 tahun, walaupun ia berpuasa siang hari dan beribadahpada malamnya.

12. Apabila wanita mengandung janindalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya, Allah mencatatkan baginya setiap hari seribu kebajikan dan menghapus baginya seribu kejahatan.

13. Apabila wanita mulai sakit untuk bersalin, Allah mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah (perangsabil).


14. Apabila wanita melahirkan anak keluarlah dosa-dosa darinyaseperti keadaan ibunya melahirkannya..

semoga bisa bermanfaat khususnya buat aku dan semua muslimah di seluruh dunia.. salam cindius edition..