0
komentar
Posted in
Label:
14 Pesan Rasulullah SAW Kepada Wanita
Untukmu wahai saudariku wanita
muslimah, ingatl ah baik baik akan pesan ini:
1. Dunia ini adalah perhiasan dan
sebaik-baik perhiasan ialah wanita (isteri) yang solehah. (Riwayat Muslim).
2. Apabila perempuan yang memakai
wewangian (Parfum) kemudian ia keluar berjalan diantara kaum lelaki, agar
mereka mencium bau harumnya maka ia adalah perempuan zina, dan tiap-tiap
matayang memandang itu adalah zina. (Riwayat Ahmad, Thabarani dan Hakim)
3. Dinikahi wanita itu karana empat
perkara: karana hartanya, karana keturunannya, karana kecantikannya dan kerana
agamanya, maka carilah yang kuat beragama niscaya kamu beruntung.
4. Wanita apabila ia sholat lima waktu,
puasa sebulan Ramadhan, memelihara kehormatan serta taat pada suami, maka
masuklah ia dari pintu syurga yang ia kehendaki. (Riwayat dari Ahmad Ibnu
Hibban, Thabarani,Anas bin Malik).
5. Perempuan yang berpakaian dalam dan
berhias bukan untuk suaminya dan muhrimnya adalahseumpama kegelapan di hari
kiamat, tidak ada cahaya baginya. (Riwayat Tarmizi)
6. Apabila lari seorang wanita dari
rumah suaminya, tidak diterima Sholatnya, sehingga ia kembali dan menghulurkan
tangan kepada suaminya (meminta maaf). (Riwayat dari Hassan).
7. Wanita yang taat pada suami, semua
burung-burung di udara, ikan diair, malaikat di langit, matahari dan bulan
semuanya beristigfar baginya selama ia masih taat pada suaminya dan diredainya
(serta menjaga sembahyang dan puasanya).
8. Dari Muaz bin Jabal bersabda Rasululllah
SAW: Apabila wanita yang berdiri di atas kakinya membakar roti (Memasak) untuk
suaminya hingga muka dan tangannya kepanasan oleh api, maka diharamkan muka dan
tangannya dari bakaran api neraka.
9. Tiap-tiap wanita yang menolong
suaminya di dalamurusan agama, maka Allah memasukkanya dalam syurga lebihdahulu
dari suaminya (sepuluh ribu tahun) kerana dia memuliakan suaminya di dunia maka
mendapat pakaian dan bau-bauan syurgauntuk turun ke mahligai suaminyadan
mengadapnya.
10. Ya Fatimah, jika seorang wanita
meminyakkan rambut suaminya dan janggutnya dan memotong kumisnya dan mengerat
kukunya, diberi minum oleh Allah dari air sungai syurga, diiringi Allah baginya
sakaratul maut dan akan didapati kuburnya menjadi sebuah taman daritaman-taman
syurga serta dicatatkan Allah baginya terbebas
dari neraka dan selamatlah ia melintasi titian Siratul-mustaqi m.
11. Wanita yang berkata kepada suaminya
“tidak pernah aku dapat dari engkau satu kebajikan pun”. Maka Allah akan
hapuskan amalannya selama70 tahun, walaupun ia berpuasa siang hari dan
beribadahpada malamnya.
12. Apabila wanita mengandung
janindalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya, Allah
mencatatkan baginya setiap hari seribu kebajikan dan menghapus baginya seribu
kejahatan.
13. Apabila wanita mulai sakit untuk
bersalin, Allah mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah
(perangsabil).
14. Apabila wanita melahirkan anak
keluarlah dosa-dosa darinyaseperti keadaan ibunya
melahirkannya..
semoga bisa bermanfaat khususnya buat aku dan semua muslimah di seluruh dunia.. salam cindius edition..
0
komentar
Posted in
Label:
Jangan melebihi cinta kepada Allah
Sekiranya kita cinta kepada
manusia, tak semestinya manusia cinta kepada kita, tetapi sekiranya kita cinta
kepada Allah, niscaya cinta Allah tiada penghujungnya. Sekiranya kita cinta
kepada manusia, kita akan cemburu kepada orang yang mencintai orang yang kita
cintai, tetapi sekiranya kita cinta kepada Allah, kita akan turut mencintai
orang yang melabuhkan cintanya kepada Allah juga.
Ya Allah, andainya dia adalah
jodoh yang ditetapkan olehmu kepadaku, maka campakkanlah dalam hatiku cinta
kepadanya adalah keranaMu, dan campakkanlah dalam hatinya, cinta kepadaku
adalah keranaMu. Namun andai dia bukanlah jodoh yang ditetapkan olehMu
kepadaku, berikanlahku kekuatan agar pasrah dalam mengarungi ujian yang Kau
berikan kepadaku.
Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya padaMu,agar bertambah
kekuatanku untuk mencintaiMu.
Ya Muhaimin, jika aku jatuh
cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku padaMu.
Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling daripadaMu.
Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalanMu.
Ya Allah, jika aku rindu, jagalah
rinduku padanya agar tidak lalai aku merindui syurgaMU.
Ya Allah, jika aku menikmati
cinta kekasihMu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya
bermunajat di sepertiga malam terakhirMu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati
pada kekasihMu, janganlah biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan
panjang menyeru manusia kepadaMu.
Ya Allah, jika kau halalkan aku
merindui kekasihMu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku
dari cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepadaMu.
0
komentar
Posted in
Label:
Dialog Nasib dan Takdir
Sebuah
dialog antara seorang murid dan gurunya mengenai konsep nasib dan takdir yang
ternyata sangat sederhana.
Murid
: “Guru, apa bedanya nasib
dan takdir?”
Guru
: “Saat kau berjalan dari
tempatmu sekarang duduk hingga keluar dari pintu itu adalah nasibmu. Sedangkan
saat kamu sedang menjalani nasibmu kemudian ditimpa meteor adalah takdir. Namun
ternyata setelah tertimpa meteor kamu masih hidup dan punya kemampuan
telekinetik adalah takdir dan sudah menjadi nasibmu untuk meneruskan hidupmu
dengan memanfaatkan anugerah itu.”
Murid
: “Berarti ada hubungan
sebab-akibat antara nasib dan takdir?”
Guru
: “Tentu saja, jika kamu
menjalani nasibmu dengan menanam bibit pohon jeruk hingga kelak memanen buah
jeruk adalah takdirmu.”
Guru
: “Saat kamu menjalani
nasibmu dengan memelihara tanaman jerukmu dengan baik dan ternyata diserang
hama adalah takdirmu. Namun sudah menjadi nasibmu untuk membasmi hama itu dan
menerima takdirmu berupa panen buah jeruk yang ternyata asam hingga menjadi
nasibmu berusaha mengganti bibit jerukmu dan pupuknya hingga kelak engkau
ditakdirkan memanen jeruk yang manis dan lebat.”
Murid
: “Lantas masih perlukah
kita merencanakan hidup kita?”
Guru
: “Sehebat apapun rencana
hidupmu dibuat, pada akhirnya kita hanya hidup untuk saat ini karena masa lalu
sudah lewat dan masa depan masih belum tentu.”
Murid
: “Tapi bukankah tanpa
rencana berarti hidup tanpa tujuan?”
Guru
: “Tujuan hidup kita
adalah menjalani takdir dan mengubah nasib.”
Murid
: “Bukankah mengubah nasib
harus direncanakan?”
Guru
: “Ya, karena saat kita
mengubah nasib akan membedakan takdir yang akan ditempuh hingga akhirnya
kembali lagi berputar kepada usaha kita merekayasa nasib masing-masing.”
Guru
: “Yang pasti, lakukan
yang terbaik dan paling besar manfaatnya bagi lingkunganmu dengan intensitas
serta kapasitas yang makin meningkat setiap saat.”
Murid
: “Mengapa bukan melakukan
apa yang membuat kita menjadi bahagia saat melakukannya?”
Guru : “Menjalani nasibmu dengan
bersyukur akan menjadikanmu mendapatkan takdir yang membahagiakan, tidak hanya
bagi dirimu sendiri tetapi juga orang banyak.”
0
komentar
Posted in
Label:
Gumpalan Penyesalan
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallama pernah bersabda:
نِعْمَتَانِ مَعْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرًا مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat,
dimana banyak orang yang terlena karena keduanya. Yaitu kesehatan danwaktu luang.” (HR.
Bukhari)
Ibnul Jauzi
berkata: “Adakalanya orang itu sehat, tetapi tidak punya waktu luang. Dan
Adakalanya seseorang itu punya waktu luang dan berbadan sehat, tapi ia malas
melakukan ketaatan kepada Allah, maka keduanya termasuk orang yang merugi.
Apabila terkumpul pada
diri seseorang itu nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang, lalu ia tidak mampu
mempergunakan dua nikmat itu untuk mengerjakan sesuatu yang mendatangkan
kemanfaatan di dunia maupun di akhirat, berarti ia telah tertipu dan merugi
dalam melaksanakan berbagai aktivitasnya. Karena itu, Allah Ta’ala menyebut
hari kiamat dengan Yaum At-Taghabun (hari di
tampakkanya kesalahan-kesalahan) : “(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan
kamu pada hari pengumpulan, Itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan…”
(At-Taghabun [64] : 9)
Artinya, setiap orang akan ditampakkan kesalahan dan kerugiannya. Orang kafir
akan mengalami kerugian, karena ia tidak mau beriman kepada Allah Ta’ala. Dan
orang mukmin juga akan ditampakkan kerugiannya, karena ia tidak dapat
memanfaatkan sebagian waktu yang dilewatinya untuk menjalankan ketaatan kepada
Allah.
Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallama bersabda :
”
لَيْسَ
يَتَحَسَّرُ
أَهْلُ
الْجَنَّةِ
إِلَّا
عَلَى
سَاعَةٍ
مَرَّتْ
بِهِمْ
لَمْ
يَذْكُرُوا
اللهَ
فِيهَا
“
“Penghuni surga itu tidak akan
mengalami penyesalan, kecuali penyesalan atas waktu yang telah mereka lewati,
dan mereka tidak dapat mempergunakan waktu itu untuk mengingat Allah.”
Inilah bentuk penyesalan yang dialami oleh penghuni surga, lantaran mereka
tidak mampu mempergunakan waktu untuk mengingat nama Allah. Lantas, bagaimana
menyesalnya orang yang telah menghabiskan waktunya berhari-hari, berbulan-bulan
dan bertahun-tahun selama hidupnya untuk bermaksiat kepada Allah dan untuk
mengumbar syahwat dalam lembah-lembah kemaksiatan? Tentu, kerugian dan
penyesalan justru akan lebih besar dan lebih hebat lagi.
Maka dari itu, hendaknya setiap orang senantiasa mengingat-ingat sabda
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallama yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud :
لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ
“Pada hari kiamat nanti telapak kaki
manusia tidak akan bergeser dari sisi Rabbnya, sampai ia ditanya tentang lima
perkara, yakni tentang umurnya dalam hal apa ia habiskan, dan tentang waktu
mudanya dalam hal apa ia sia-siakan, tentang hartanya darimana ia memperolehnya
dan dalam hal apa ia belanjakan, dan apa yang telah ia perbuat dari ilmunya.”
Dunia merupakan
ladang akhirat dan di dalamnya terdapat bisnis yang keuntungannya hanya bisa
terlihat di akhirat nanti. Barangsiapa menggunakan kesehatan dan waktu luangnya
dalam rangka taat kepada Allah, maka ia termasuk orang yang beruntung.” Oleh
karena itu, jangan sampai kita menyesal setelah segala sesuatunya tidak berarti
lagi, penyesalan yang tiada guna dan tiada arti. Apabila tidak dari
sekarang kita beramal membekali diri, niscaya akan sangat banyak bentuk
penyesalan yang akan kita alami.
Di antara penyesalan itu
adalah:
1. Penyesalan pada saat Kiamat Kecil
Kiamat kecil yang dialami manusia
adalah kematian. Seseorang mulai menyesal ketika detik-detik
akhir usianya dan meyakini nyawanya tidak lama lagi keluar dari tubuhnya.
Seperti, apa yang Allah firmankan:
وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ
“Dan dia yakin bahwa sesungguhnya
itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis
(kanan), kepada Rabb-mulah pada hari itu kamu dihalau.” [QS. Al-Qiyamah
(75): 28-30]
Saat itu, ia ingat
ribuan jam yang tidak ia gunakan untuk taat kepada Allah dan ia berharap
dikembalikan ke dunia untuk beramal shalih. Itulah penyesalan pertama
seseorang. Ia berharap diberi kesempatan kembali ke dunia untuk beramal shalih.
Ia lupa dirinya sedang berbicara dengan Dzat yang mengetahuimata yang
berkhianat dan apa yang dirahasiakan hati.
Allah telah mengetahui kebohongannya. Andai ia dikembalikan ke dunia, ia pasti
bermaksiat lagi dan malas mengerjakan kebaikan. Karena itu, permintaannya dijawab dengan jawaban
yang tegas.
حَتَّى إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتَ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ {99} لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ {100}
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir
itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia
berkata:”Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang
saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu
adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai
hari mereka dibangkitan”. [QS. Al-Mu’minun (23): 99-100].
2. Penyesalan Karena Salah Memilih Sahabat
Penyesalan seperti ini
terjadi ketika seseorang di akhirat melihat sahabat karibnya menelantarkan
dirinya dan tidak berdaya membelanya di sisi Allah. Saat-saat ngobrol, canda
dan tawa, begadang, pesta pora di meja judi dan minum-minuman keras
waktu di dunia. Mereka semua tidak dapat menyelamatkan diri dari kondisi yang
ia hadapi nanti di akhirat. Walaupun ketika di dunia mereka saling tolong
menolong, dalam perbuatan dosa.
Ia lihat penghuni neraka yang paling ringan siksanya ialah orang yang dua
bara diletakkan di atas telapak kakinya, lalu otaknya mendidih. Penghuni neraka
itu mengira tidak ada orang yang lebih berat siksanya dari dirinya. Padahal, ia
penghuni yang paling ringan siksanya. Saat itulah…
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً {27}
يَاوَيْلَتَى
لَيْتَنِي
لَمْ
أَتَّخِذْ
فُلاَنًا
خَلِيلاً
{28}
لَّقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ
لِلإِنسَانِ
خَذُولاً
{29}
“Dan ingatlah hari ketika orang yang
zalim itu menggigit kedua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya aku
mengambil jalan yang lurus bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak
menjadikan si fulan menjadi teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkanku
dari al-Qur’an ketika telah datang kepadaku. Dan syetan itu tidak akan menolong
manusia.”
Ditafsirkan bahwa:
“Ia tidak hanya menggigit satu tangan tetapi menggigit kedua tanganya secara
bergantian atau menggigit kedua tangannya sekaligus karena begitu beratnya
penyesalan itu. Hal itu adalah gerakan yang menggambarkan kondisi kejiwaan yang
terlihat nyata. Dan itulah akibat karena bersahabat dengan teman-teman yang
jahat dan memusuhi orang-orang yang shaleh di dunia”. (Sayyid Quttub)
3. Penyesalan Saat Amal Diperlihatkan
Ketika buku catatan amal perbuatan
dibagikan dan manusia melihat seluruh perbuatannya, tiba-tiba pelaku maksiat
terkejut bukan kepalang, saat melihat isi buku itu. Ternyata, buku itu menulis
semua kata yang ia ucapkan puluhan tahun yang silam dan merekam seluruh
perbuatan maksiat yang ia kerjakan di balik pintu kokoh dan kegelapan malam.
Saat itu, Ia berteriak dengan penuh penyesalan.
مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لاَيُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلاَكَبِيرَةً إِلآ أَحْصَاهَا
“Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan
tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.” [QS.
Al-Kahfi (18): 49]
Ia lupa kalau ia disertai malaikat yang
selalu mencatat kemaksiatan dan kebaikan walaupun sebesar dzarrah. Ia berharap
mati saja daripada melihat konsekuensi siksa yang sudah menanti. Ia pun ingat
bahwa ternyata harta, jabatan dan kekuasaan yang ia kira bermanfaat baginya,
semua itu sama sekali tidak berguna baginya saat sekarang. Sekarang yang bisa
menyelamatkannya ini hanyalah amal sholehdan rahmat Allah:
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَالَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ {25} وَلَمْ أَدْرِ مَاحِسَابِيَهْ {26} يَالَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ {27} مَآأَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ {28} هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ {29}
“Adapun orang-orang yang diberikan
kepadanya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:”Wahai alangkah baiknya
kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), Dan aku tidak mengetahui apa
hisab terhadap diriku, Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala
sesuatu, Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang
kekuasaan dariku”. (QS. Al Haaqqah [69]: 29).
Di dunia dulu ia
ingin hidup selama mungkin, sekarang di akhirat kita lihat dia
ingin mati saja. Bentuk-bentuk penyesalan pada saat itu beragam. Setiap kali
pelaku maksiat melihat satu bentuk siksaan, maka ia akan ingat waktu yang dulu
ia sia-siakan yang ia tidak gunakan untuk ta’at kepada Allah serta beribadah
kepada-Nya.
4. Penyesalan saat Neraka
di datangkan
Rasulullan
sholallohu ‘alaihi wa sallama bersabda; “Ketika itu neraka akan didatangkan
dengan tujuh puluh ribu tali kekang. Dan pada setiap tali kekangnya terdapat
tujuh puluh ribu malaikat yang menariknya. (HR. Muslim).
Ia akan mendengar dengusan nafas dan
kemarahan neraka Jahannam saat berteriak dengan teriakkan menakutkan; “Apakah
masih ada tambahan untukku? Apakah masih ada tambahan untuk penghuniku?”.
Ketika itu pelaku maksiat ingat saat-saat berlaku maksiat, malas, dan
menunda-nunda amal shaleh, menipu Allah dengan tobat palsu, dan waktu –waktu
yang hilang dengan sia-sia. Tapi..sekali lagi nostalgia kenangan itu tidak ada
gunanya. Saat itulah ia akan berkata; “Alangkah baiknya kiranya aku dulu
mengerjakan amal shaleh untuk hidupku ini”. Kita lihat terdapat kesedihan yang
mendalam di balikharapan itu, dan inilah kondisi yang paling menyakitkan
yang dirasakan seseorang di akhirat kelak.
5. Penyesalan Saat Berdiri di Neraka
Allah berfirman:
وَلَوْ تَرَىإِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَالَيْتَنَا نُرَدُّ وَلاَنُكَذِّبُ بِئَايَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu
mereka berkata:”Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan
ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman”. (tentulah kami
melihat suatu peristiwa yang mengharukan).” [QS. Al-An’am (6):
27]
Sungguh aneh,
ketika di akhirat orang-orang itu berkata, “Wahai seandainya kami
menjadi orang-orang beriman.” Padahal, mereka dahulu memerangi para
pendakwah islam, pendakwah kalimat tauhid dan melecehkan siapa saja yang mengajak kepadanya.
Kenapa kini, di akhirat, mereka berharap ingin menjadi orang-orang beriman?
Kenapa itu baru terlontar sekarang dan tidak di dunia dahulu? Itulah
kemunafikan yang menempel pada mereka, kendati mereka berdiri di depan neraka
menyaksikan kedahsyatannya.
Selanjutnya bentuk penyesalan yang
akan kita alami, apabila kita tidak menggunakan waktu dengan ketaatan kepada
Allah adalah
6. Penyesalan Setelah Dilempar ke
Neraka
Allah berfirman:
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَآ أَطَعْنَا اللهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولاَ وَقَالُوا رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ رَبَّنَآ ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
“Pada hari ketika muka mereka
dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: ’Alangkah baiknya, andaikata
kami ta’at kepada Allah dan ta’at (pula) kepada Rasul dan mereka berkata: “Ya
Rabb Kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka
dengan kutukan yang besar”. [QS. Al-Ahzab (33): 66-68].
Ibnu Katsir
berkata; “Maksudnya mereka di seret di neraka dengan kepala terbalik dan wajah
mereka di bolak-balikkan di Jahannam. Dan mereka berharap di kembalikan ke
dunia, agar mereka akan bersama orang-orang yang taat.
Sekarang mereka
baru tahu, ternyata jalan yang dahulu mereka tempuh adalah jalan yang salah,
sebab mereka mengikuti tokoh-tokoh mereka yang berjalan di jalan setan, jalan yang bertentangan dengan jalan Islam, jalan al-Qur’an, jalan sunnah Rasulullah . Nanti di akhirat, mereka berani
mengutuk pemimpin-pemimpin mereka dan bicara kepada mereka dengan bahasa
lantang, sebelumnya di dunia mereka hidup sebagai pengecut, hina tidak berani
mengatakan kebenaran dan tidak punya nyali menolak kemungkaran, walaupun dia
tahu bahwa semua itu jelas-jelas bukan jejak dan perilaku Rasulullah
dan orang –orang yang beliau muliakan. Setelah mereka dilemparkan
ke neraka dan merasakan siksanya, perasaan mereka yang tadinya membeku itu
hidup kembali dan mereka menyesal kenapa tidak mengikuti jalan Allah dan
Rasul-Nya sholallohu ‘alaihi wa sallama . Tapi, waktu untuk itu, sudah tidak
ada lagi, karena di dunia inilah semua ujian itu harus dihadapi dan disikapi, bukan di akhirat.
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallama pernah bersabda:
نِعْمَتَانِ مَعْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرًا مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat,
dimana banyak orang yang terlena karena keduanya. Yaitu kesehatan danwaktu luang.” (HR.
Bukhari)
Ibnul Jauzi
berkata: “Adakalanya orang itu sehat, tetapi tidak punya waktu luang. Dan
Adakalanya seseorang itu punya waktu luang dan berbadan sehat, tapi ia malas
melakukan ketaatan kepada Allah, maka keduanya termasuk orang yang merugi.
Apabila terkumpul pada
diri seseorang itu nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang, lalu ia tidak mampu
mempergunakan dua nikmat itu untuk mengerjakan sesuatu yang mendatangkan
kemanfaatan di dunia maupun di akhirat, berarti ia telah tertipu dan merugi
dalam melaksanakan berbagai aktivitasnya. Karena itu, Allah Ta’ala menyebut
hari kiamat dengan Yaum At-Taghabun (hari di
tampakkanya kesalahan-kesalahan) : “(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan
kamu pada hari pengumpulan, Itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan…”
(At-Taghabun [64] : 9)
Artinya, setiap orang akan ditampakkan kesalahan dan kerugiannya. Orang kafir
akan mengalami kerugian, karena ia tidak mau beriman kepada Allah Ta’ala. Dan
orang mukmin juga akan ditampakkan kerugiannya, karena ia tidak dapat
memanfaatkan sebagian waktu yang dilewatinya untuk menjalankan ketaatan kepada
Allah.
Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallama bersabda :
”
لَيْسَ
يَتَحَسَّرُ
أَهْلُ
الْجَنَّةِ
إِلَّا
عَلَى
سَاعَةٍ
مَرَّتْ
بِهِمْ
لَمْ
يَذْكُرُوا
اللهَ
فِيهَا
“
“Penghuni surga itu tidak akan
mengalami penyesalan, kecuali penyesalan atas waktu yang telah mereka lewati,
dan mereka tidak dapat mempergunakan waktu itu untuk mengingat Allah.”
Inilah bentuk penyesalan yang dialami oleh penghuni surga, lantaran mereka
tidak mampu mempergunakan waktu untuk mengingat nama Allah. Lantas, bagaimana
menyesalnya orang yang telah menghabiskan waktunya berhari-hari, berbulan-bulan
dan bertahun-tahun selama hidupnya untuk bermaksiat kepada Allah dan untuk
mengumbar syahwat dalam lembah-lembah kemaksiatan? Tentu, kerugian dan
penyesalan justru akan lebih besar dan lebih hebat lagi.
Maka dari itu, hendaknya setiap orang senantiasa mengingat-ingat sabda
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallama yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud :
لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ
“Pada hari kiamat nanti telapak kaki
manusia tidak akan bergeser dari sisi Rabbnya, sampai ia ditanya tentang lima
perkara, yakni tentang umurnya dalam hal apa ia habiskan, dan tentang waktu
mudanya dalam hal apa ia sia-siakan, tentang hartanya darimana ia memperolehnya
dan dalam hal apa ia belanjakan, dan apa yang telah ia perbuat dari ilmunya.”
Dunia merupakan
ladang akhirat dan di dalamnya terdapat bisnis yang keuntungannya hanya bisa
terlihat di akhirat nanti. Barangsiapa menggunakan kesehatan dan waktu luangnya
dalam rangka taat kepada Allah, maka ia termasuk orang yang beruntung.” Oleh
karena itu, jangan sampai kita menyesal setelah segala sesuatunya tidak berarti
lagi, penyesalan yang tiada guna dan tiada arti. Apabila tidak dari
sekarang kita beramal membekali diri, niscaya akan sangat banyak bentuk
penyesalan yang akan kita alami.
Di antara penyesalan itu
adalah:
1. Penyesalan pada saat Kiamat Kecil
Kiamat kecil yang dialami manusia
adalah kematian. Seseorang mulai menyesal ketika detik-detik
akhir usianya dan meyakini nyawanya tidak lama lagi keluar dari tubuhnya.
Seperti, apa yang Allah firmankan:
وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ
“Dan dia yakin bahwa sesungguhnya
itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis
(kanan), kepada Rabb-mulah pada hari itu kamu dihalau.” [QS. Al-Qiyamah
(75): 28-30]
Saat itu, ia ingat
ribuan jam yang tidak ia gunakan untuk taat kepada Allah dan ia berharap
dikembalikan ke dunia untuk beramal shalih. Itulah penyesalan pertama
seseorang. Ia berharap diberi kesempatan kembali ke dunia untuk beramal shalih.
Ia lupa dirinya sedang berbicara dengan Dzat yang mengetahuimata yang
berkhianat dan apa yang dirahasiakan hati.
Allah telah mengetahui kebohongannya. Andai ia dikembalikan ke dunia, ia pasti
bermaksiat lagi dan malas mengerjakan kebaikan. Karena itu, permintaannya dijawab dengan jawaban
yang tegas.
حَتَّى إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتَ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ {99} لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ {100}
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir
itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia
berkata:”Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang
saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu
adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai
hari mereka dibangkitan”. [QS. Al-Mu’minun (23): 99-100].
2. Penyesalan Karena Salah Memilih Sahabat
Penyesalan seperti ini
terjadi ketika seseorang di akhirat melihat sahabat karibnya menelantarkan
dirinya dan tidak berdaya membelanya di sisi Allah. Saat-saat ngobrol, canda
dan tawa, begadang, pesta pora di meja judi dan minum-minuman keras
waktu di dunia. Mereka semua tidak dapat menyelamatkan diri dari kondisi yang
ia hadapi nanti di akhirat. Walaupun ketika di dunia mereka saling tolong
menolong, dalam perbuatan dosa.
Ia lihat penghuni neraka yang paling ringan siksanya ialah orang yang dua
bara diletakkan di atas telapak kakinya, lalu otaknya mendidih. Penghuni neraka
itu mengira tidak ada orang yang lebih berat siksanya dari dirinya. Padahal, ia
penghuni yang paling ringan siksanya. Saat itulah…
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً {27}
يَاوَيْلَتَى
لَيْتَنِي
لَمْ
أَتَّخِذْ
فُلاَنًا
خَلِيلاً
{28}
لَّقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ
لِلإِنسَانِ
خَذُولاً
{29}
“Dan ingatlah hari ketika orang yang
zalim itu menggigit kedua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya aku
mengambil jalan yang lurus bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak
menjadikan si fulan menjadi teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkanku
dari al-Qur’an ketika telah datang kepadaku. Dan syetan itu tidak akan menolong
manusia.”
Ditafsirkan bahwa:
“Ia tidak hanya menggigit satu tangan tetapi menggigit kedua tanganya secara
bergantian atau menggigit kedua tangannya sekaligus karena begitu beratnya
penyesalan itu. Hal itu adalah gerakan yang menggambarkan kondisi kejiwaan yang
terlihat nyata. Dan itulah akibat karena bersahabat dengan teman-teman yang
jahat dan memusuhi orang-orang yang shaleh di dunia”. (Sayyid Quttub)
3. Penyesalan Saat Amal Diperlihatkan
Ketika buku catatan amal perbuatan
dibagikan dan manusia melihat seluruh perbuatannya, tiba-tiba pelaku maksiat
terkejut bukan kepalang, saat melihat isi buku itu. Ternyata, buku itu menulis
semua kata yang ia ucapkan puluhan tahun yang silam dan merekam seluruh
perbuatan maksiat yang ia kerjakan di balik pintu kokoh dan kegelapan malam.
Saat itu, Ia berteriak dengan penuh penyesalan.
مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لاَيُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلاَكَبِيرَةً إِلآ أَحْصَاهَا
“Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan
tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.” [QS.
Al-Kahfi (18): 49]
Ia lupa kalau ia disertai malaikat yang
selalu mencatat kemaksiatan dan kebaikan walaupun sebesar dzarrah. Ia berharap
mati saja daripada melihat konsekuensi siksa yang sudah menanti. Ia pun ingat
bahwa ternyata harta, jabatan dan kekuasaan yang ia kira bermanfaat baginya,
semua itu sama sekali tidak berguna baginya saat sekarang. Sekarang yang bisa
menyelamatkannya ini hanyalah amal sholehdan rahmat Allah:
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَالَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ {25} وَلَمْ أَدْرِ مَاحِسَابِيَهْ {26} يَالَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ {27} مَآأَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ {28} هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ {29}
“Adapun orang-orang yang diberikan
kepadanya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:”Wahai alangkah baiknya
kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), Dan aku tidak mengetahui apa
hisab terhadap diriku, Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala
sesuatu, Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang
kekuasaan dariku”. (QS. Al Haaqqah [69]: 29).
Di dunia dulu ia
ingin hidup selama mungkin, sekarang di akhirat kita lihat dia
ingin mati saja. Bentuk-bentuk penyesalan pada saat itu beragam. Setiap kali
pelaku maksiat melihat satu bentuk siksaan, maka ia akan ingat waktu yang dulu
ia sia-siakan yang ia tidak gunakan untuk ta’at kepada Allah serta beribadah
kepada-Nya.
4. Penyesalan saat Neraka
di datangkan
Rasulullan
sholallohu ‘alaihi wa sallama bersabda; “Ketika itu neraka akan didatangkan
dengan tujuh puluh ribu tali kekang. Dan pada setiap tali kekangnya terdapat
tujuh puluh ribu malaikat yang menariknya. (HR. Muslim).
Ia akan mendengar dengusan nafas dan
kemarahan neraka Jahannam saat berteriak dengan teriakkan menakutkan; “Apakah
masih ada tambahan untukku? Apakah masih ada tambahan untuk penghuniku?”.
Ketika itu pelaku maksiat ingat saat-saat berlaku maksiat, malas, dan
menunda-nunda amal shaleh, menipu Allah dengan tobat palsu, dan waktu –waktu
yang hilang dengan sia-sia. Tapi..sekali lagi nostalgia kenangan itu tidak ada
gunanya. Saat itulah ia akan berkata; “Alangkah baiknya kiranya aku dulu
mengerjakan amal shaleh untuk hidupku ini”. Kita lihat terdapat kesedihan yang
mendalam di balikharapan itu, dan inilah kondisi yang paling menyakitkan
yang dirasakan seseorang di akhirat kelak.
5. Penyesalan Saat Berdiri di Neraka
Allah berfirman:
وَلَوْ تَرَىإِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَالَيْتَنَا نُرَدُّ وَلاَنُكَذِّبُ بِئَايَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu
mereka berkata:”Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan
ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman”. (tentulah kami
melihat suatu peristiwa yang mengharukan).” [QS. Al-An’am (6):
27]
Sungguh aneh,
ketika di akhirat orang-orang itu berkata, “Wahai seandainya kami
menjadi orang-orang beriman.” Padahal, mereka dahulu memerangi para
pendakwah islam, pendakwah kalimat tauhid dan melecehkan siapa saja yang mengajak kepadanya.
Kenapa kini, di akhirat, mereka berharap ingin menjadi orang-orang beriman?
Kenapa itu baru terlontar sekarang dan tidak di dunia dahulu? Itulah
kemunafikan yang menempel pada mereka, kendati mereka berdiri di depan neraka
menyaksikan kedahsyatannya.
Selanjutnya bentuk penyesalan yang
akan kita alami, apabila kita tidak menggunakan waktu dengan ketaatan kepada
Allah adalah
6. Penyesalan Setelah Dilempar ke
Neraka
Allah berfirman:
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَآ أَطَعْنَا اللهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولاَ وَقَالُوا رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ رَبَّنَآ ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
“Pada hari ketika muka mereka
dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: ’Alangkah baiknya, andaikata
kami ta’at kepada Allah dan ta’at (pula) kepada Rasul dan mereka berkata: “Ya
Rabb Kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka
dengan kutukan yang besar”. [QS. Al-Ahzab (33): 66-68].
Ibnu Katsir
berkata; “Maksudnya mereka di seret di neraka dengan kepala terbalik dan wajah
mereka di bolak-balikkan di Jahannam. Dan mereka berharap di kembalikan ke
dunia, agar mereka akan bersama orang-orang yang taat.
Sekarang mereka
baru tahu, ternyata jalan yang dahulu mereka tempuh adalah jalan yang salah,
sebab mereka mengikuti tokoh-tokoh mereka yang berjalan di jalan setan, jalan yang bertentangan dengan jalan Islam, jalan al-Qur’an, jalan sunnah Rasulullah . Nanti di akhirat, mereka berani
mengutuk pemimpin-pemimpin mereka dan bicara kepada mereka dengan bahasa
lantang, sebelumnya di dunia mereka hidup sebagai pengecut, hina tidak berani
mengatakan kebenaran dan tidak punya nyali menolak kemungkaran, walaupun dia
tahu bahwa semua itu jelas-jelas bukan jejak dan perilaku Rasulullah
dan orang –orang yang beliau muliakan. Setelah mereka dilemparkan
ke neraka dan merasakan siksanya, perasaan mereka yang tadinya membeku itu
hidup kembali dan mereka menyesal kenapa tidak mengikuti jalan Allah dan
Rasul-Nya sholallohu ‘alaihi wa sallama . Tapi, waktu untuk itu, sudah tidak
ada lagi, karena di dunia inilah semua ujian itu harus dihadapi dan disikapi, bukan di akhirat.