Aisyah ra pernah bertanya kepada Nabi
Muhammad SAW : “hak siapakah yang paling utama atas
wanita? beliau bersabda : (hak) suaminya. Aku bertanya : dan atas laki-laki?
beliau bersabda : ibunya.“ (HR Ahmad dan An-Nasai)
Pada masa Rasulullah ada seorang
pemuda yang bernama Al-Qomah, ia sangat rajin beribadah. Suatu hari ia
tiba-tiba jatuh sakit keras dan dalam kondisi sakaratul maut, maka isterinya
menyuruh orang memanggil Rasulullah dan mengabarkan tentang hal tersebut.
Ketika berita ini sampai kepada
Rasulullah, maka Rasulullah menyuruh Bilal r.a, Ali r.a, Salamam r.a dan Ammar
r.a supaya pergi melihat keadaan Al-Qomah. Ketika mereka sampai ke rumah
Al-Qomah, mereka membantu Al-Qomah untuk membacakan kalimah
La-ilaa-ha-illallah, tetapi lidah Al-Qomah tidak mampu mengucapkannya.
Melihat kejadian ini, para sahabat
meminta Bilal r.a untuk memberitahu Rasulullah. Sesampai dirumah Rasulullah,
Bilal menceritakan kondisi Al-Qomah. Lalu Rasulullah
bertanya kepada Bilal;
“Wahai Bilal apakah
ayah Al-Qomah masih hidup?” jawab Bilal r.a, ” Tidak, ayahnya sudah meninggal, tetapi ibunya
masih hidup dan sangat tua usianya”. Kemudian Rasulullah SAW, berkata
kepada Bilal; “Pergilah kamu kepada ibunya dan
sampaikan salamku, dan katakan kepadanya kalau dia dapat berjalan, suruh dia
datang menemuiku, kalau dia tidak dapat berjalan katakan aku akan kerumahnya”.
Ketika Bilal sampai di rumah ibu Al-Qomah, ia berkata seperti yang telah disampaikan Rasulullah kepadanya, maka ibu Al-Qomah berkata; “Aku lebih patut pergi berjumpa Rasulullah”. Lalu ibu Al-Qomah mengangkat tongkat dan terus berjalan menuju ke rumah Rasulullah. Bertanya Nabi Muhammad SAW. kepada ibu Al-Qomah; “Terangkan kepada ku perkara yang sebenarnya tentang Al-Qomah, jika kamu berdusta niscaya akan turun wahyu kepadaku”. Berkata Nabi lagi; “Bagaimana keadaan Al-Qomah?”, jawab ibunya; “Ia sangat rajin beribadah, ia sholat, berpuasa dan sangat suka bersedekah sebanyak-banyaknya sehingga tidak diketahui banyaknya”. Bertanya Rasulullah; “Bagaimana hubungan kamu dengan dia?”, jawab ibunya; ” Aku murka kepadanya”, lalu Rasulullah bertanya; “Mengapa”, jawab ibunya; “Kerana ia mengutamakan istrinya dari aku, dan menurut kata-kata isterinya sehingga ia menentangku”.
Maka Rasulullah berkata; “Murka kamu itulah yang telah
mengunci lidahnya dari mengucap La iilaa ha illallah”, kemudian Nabi Muhammad SAW
menyuruh Bilal mencari kayu api untuk membakar Al-Qomah. Ketika ibu Al-Qomah mendengar perintah Rasulullah lalu ia
bertanya; “Wahai Rasulullah, engkau hendak
membakar putera ku didepan mataku?, bagaimana hatiku dapat menerimanya”. Kemudian Nabi Muhammad SAW
berkata; “Wahai ibu Al-Qomah, siksa Allah itu
lebih berat dan kekal, oleh itu jika kamu mahu Allah mengampunkan dosa anakmu
itu, maka hendaklah kamu mengampuninya”, demi Allah yang jiwaku ditangannya,
tidak ada guna sholatnya, sedekahnya, selagi kamu murka kepadanya”. Maka ibu Al-Qomah berkata sambil mengangkat kedua tangannya; “Ya Rasulullah, aku persaksikan kepada Allah dilangit dan kau Ya
Rasulullah dan mereka-mereka yang hadir disini bahwa aku ridha pada anakku
Al-Qomah”.
Maka Rasulullah mengarahkan Bilal
pergi melihat Al-Qomah sambil berkata; “Pergilah kamu
wahai Bilal, lihat apakah Al-Qomah dapat mengucapkan La iilaa ha illallah atau
tidak”. Rasulullah berkata lagi kepada Bilal ; “Aku kuatir kalau
kalau ibu Al-Qomah mengucapkan itu semata-mata kerana pada aku dan bukan dari
hatinya”. Maka ketika Bilal sampai di rumah Al-Qomah tiba-tiba terdengar
suara Al-Qomah menyebut; “La iilaa ha
illallah”. Lalu Bilal masuk sambil berkata; “Wahai semua orang
yang berada disini, ketahuilah sesungguhnya murka ibunya telah menghalangi
Al-Qomah dari mengucapkan kalimah La iila ha illallah, kerana ridha ibunyalah
maka Al-Qomah dapat menyebut kalimah syahadat”. Maka matilah Al-Qomah setelah dia
mampu mengucap kalimah tersebut.
Maka Rasulullah Muhammad SAW pun sampai di rumah Al-Qomah sambil
berkata; “Segeralah mandi dan kafankan”, lalu Nabi Muhammad SAW mensholatkannya
dan sesudah jenazah al-Qomah dikuburkan, Nabi Muhammad SAW
sambil berdiri dekat kubur berkata; “Hai sahabat
Muhajirin dan Anshar, barang siapa yang mengutamakan isterinya daripada ibunya
maka ia adalah orang yang dilaknat oleh Allah SWT, dan tidak diterima
daripadanya ibadat fardhu dan sunatnya.